TIMESindo.com – Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 2025, sebuah momentum historis yang menegaskan Pancasila bukan sekadar ideologi, tetapi fondasi yang mampu menyelamatkan Indonesia dari rongrongan ideologi yang mengancam keutuhan bangsa.
Namun, dalam konteks kekinian, “kesaktian” Pancasila tak hanya diuji oleh ideologi asing, tetapi juga oleh arus informasi yang deras, disinformasi yang masif, dan tekanan terhadap kebebasan berpendapat.
Di sinilah peran pers menjadi vital. Jurnalisme yang berpedoman pada kebenaran, keberimbangan, dan kepentingan publik adalah benteng terakhir dalam menjaga nalar sehat bangsa.
Pancasila bukan hanya pedoman hidup berbangsa dan bernegara, tetapi juga panduan etis dalam praktik jurnalistik. Misalnya, sila kedua, “kemanusiaan yang adil dan beradab,” menjadi dasar keberpihakan pers terhadap korban ketidakadilan.
Sementara sila keempat, “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,” mendorong pers untuk menjaga ruang publik yang sehat dan terbuka, di mana suara rakyat tak dibungkam.
Namun ironisnya, di tengah semangat demokrasi dan reformasi, kebebasan pers kerap kali berada dalam ancaman. Kekerasan dan intimidasi terhadap jurnalis, hingga pembungkaman melalui jalur hukum masih terjadi.
Hal ini menunjukkan, meskipun Pancasila sakti secara ideologis, implementasinya dalam menjamin kemerdekaan pers masih harus terus diperjuangkan. Kondisi ini merusak hubungan simbolis antara Pancasila dan pers.
Pers yang bebas dan bertanggung jawab membantu menjaga Pancasila dari distorsi dan manipulasi. Sebaliknya, Pancasila memberikan legitimasi moral dan politik bagi pers untuk menjalankan fungsinya sebagai pilar keempat demokrasi.
Sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bangkalan, saya mengajak seluruh insan pers untuk menjadikan Hari Kesaktian Pancasila ini sebagai momentum introspeksi dan afirmasi dalam menghadapi tantangan dalam dunia pers.
Kita harus memperkuat komitmen terhadap jurnalisme yang berkeadaban, membela kebenaran, dan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Karena dengan begitu, Pancasila benar-benar hidup dalam denyut kehidupan bangsa, bukan sekadar teks dalam lembaran sejarah.
Mari kita jaga kesaktian Pancasila dengan menjaga integritas jurnalistik dan memperjuangkan kebebasan pers yang sehat, bertanggung jawab, dan berpihak pada kebenaran.
Penulis:
Mahmud Ismail
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Bangkalan