BANGKALAN, TIMESindo.com – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bangkalan mendatangi Polres setempat, Selasa (7/10/2025), menuntut penuntasan kasus kekerasan yang dinilai lamban ditangani dan tak berjalan maksimal.
Audiensi berlangsung di ruang rapat Polres, dipimpin Kapolres AKBP Hendro Sukmono. Dari HMI hadir Ketua Umum Kresna Bayu bersama pengurus bidang HAM, Lingkungan Hidup, dan Kohati.
Dalam forum itu, HMI menyoroti kasus pemerkosaan anak di Sepulu, dugaan pelecehan seksual di Blega, hingga pengeroyokan siswa SMP. Mereka menilai penanganan aparat lamban dan tidak transparan.
“Kami kecewa. Kasus-kasus ini menyangkut masa depan anak-anak, tapi seperti mandek di tengah jalan,” tegas Bahrulloh, Ketua Bidang HAM dan Lingkungan Hidup HMI.
Ia juga mengkritik aparat yang dinilai baru bertindak setelah mendapat tekanan publik. Hal ini, menurutnya, menunjukkan lemahnya keberanian lembaga penegak hukum dalam mengambil sikap tegas.
“Kami tidak ingin hukum hanya keras pada rakyat kecil, tapi tumpul terhadap pelaku yang punya kuasa,” ujarnya.
Menurut Bahrulloh, transparansi sangat penting dalam pengungkapan kasus yang ditangani penegak hukum. Jika tertutup, kepercayaan publik akan hilang dan citra polisi makin buruk.
“Seperti kasus pemerkosaan bergilir di Sepulu, kami mendesak Polres agar mempublikasikan daftar buronan (DPO) secara resmi agar masyarakat bisa ikut membantu proses hukum,” kata dia.
Sementara itu, Ketua HMI Bangkalan, Kresna Bayu, menyebut lambannya proses hukum berpotensi menimbulkan krisis kepercayaan terhadap institusi kepolisian.
“Sudah cukup masyarakat menunggu. Polisi seharusnya membela korban, bukan bersembunyi di balik birokrasi,” tegasnya.
HMI menegaskan akan terus mengawal proses penyidikan hingga semua kasus mendapat kejelasan hukum. Mereka juga membuka peluang advokasi bersama tokoh masyarakat dan DPRD.
Jika tak ada progres dalam waktu dekat, HMI mengancam akan menggalang dukungan lebih luas untuk menekan reformasi penegakan hukum di Bangkalan.
“Kami tidak akan diam. Ini bukan sekadar hukum, tapi soal kemanusiaan dan martabat korban,” pungkas Kresna.
Menanggapi itu, Kapolres Bangkalan AKBP Hendro Sukmono memastikan proses hukum tetap berjalan. Ia menyebut penyidik sedang bekerja mendalami kasus-kasus yang ada.
“Penyidikan masih berlangsung. Kami komitmen menuntaskan kasus sesuai prosedur,” ujarnya.
Kasatreskrim AKP Hafid Dian Maulidi menambahkan, alat bukti masih dikumpulkan, termasuk hasil visum dan keterangan saksi.
Terkait pengeroyokan siswa SMP, polisi menyebut satu pelaku telah diserahkan ke kejaksaan. Pelaku lainnya diduga kabur ke Malaysia dan tengah dilacak melalui kerja sama dengan Imigrasi.
Sementara dalam kasus dugaan pelecehan di Blega, penyidikan terkendala keterangan korban yang berubah-ubah. Hal itu, kata polisi, memperlambat pengumpulan bukti.
“Kami berupaya maksimal dan menjamin seluruh proses hukum berjalan secara terbuka dan transparan,” tutup AKP Hafid. ***

